Bagaimana Ini, Tersangka Korupsi Kok Dilantik Sebagai Anggota DPR?
BECAK SIANTAR - Sangat patut jika seluruh rakyat Indonesia menyesalkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) jika politisnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terang-terangan mendukung para tersangka koruptor agar tetap dilantik sebagai wakil rakyat. Dengan berlindung di balik aturan hukum formal, politisi PDIP dan juga anggota DPR RI, Trimedya Panjaitan (TP), terang-terangan menolak usulan Komisi Pemilihan Umum (KPU) agar DPR menunda pelantikan mereka yang tersangka kasus korupsi, termasuk diantaranya dua calon legistatif (caleg) terpilih PDIP, Idham Samawi (IS) dan Herdian Koosnadi (HK). (Lihat Laman Kompas.com, Minggu 21/09/2014, Judul: PDI-P Bela Tersangka Korupsi agar Tetap Dilantik Jadi Anggota DPR)
TP berargumen bahwa permintaan KPU itu "hanya bersifat imbauan moral dan bukan berdasarkan hukum yang berlaku." Pertanyaan yang mengusik adalah apakah kalau "hanya" himbauan moral lantas ditepis dan dicuekin? Padahal rakyat Indonesia tahu bahwa menunggu keputusan hukum, selain proses yang panjang, masih sering tidak menjamin rasa keadilan? Sungguh malang nasib PDIP, dan lebih malang lagi nasib upaya pemberantasan korupsi, karena dihadang para politisi yang meremehkan imbauan moral seperti ini.
Sangat menyedihkan bila politisi sekaliber TP yang konon dulu adalah aktivis pro-demokrasi dan pembela HAM yang berafiliasi dengan organisasi PIJAR tersebut kini mengalami metamorfose mental. Bukannya metamorfose menjadi panglima dalam pemberantasan korupsi atau minimum memberi apresiasi terhadap rekomendasi KPU yang sangat baik itu, tetapi metamorfose menuju terjadinya pelembekan dan pragmatisme. Bisa jadi TP akan mengatakan bahwa dirinya hanya melakukan tugas partai untuk membela sesama anggota. Tetapi bukan tidak mungkin pula bahwa TP sedang mengalami proses perubahan dari seorang aktivis menjadi sekadar politisi biasa saja. Bahkan, jika metamorfose ini terus berlangsung, TP juga akan berubah memperpanjang daftar politisi sontoloyo alias "poliyo" yang banyak berkeliaran di Senayan.
Tak pelak, perilaku seperti yang ditampilkan TP ini akan menjadi nilai merah dan berdampak buruk bagi citra PDIP yang saat ini mendapat amanah rakyat dan Konstitusi sebagai partai penguasa pasca Pemilu 2014. Setidaknya, jika omongan TP adalah cerminan dari kebijakan resmi PDIP, maka komitmen Presiden terpilih Jokowi akan dipertanyakan rakyat. Para pengritiknya pun akan menggunakan kasus ini sebagai bukti ketidak konsistenan partai berlambang banteng gemuk itu dalam membersihkan lembaga legislatif dari koruptor. Pemerintahan Pak Jokowi, yang sangat didambakan dan didukung rakyat karena figur beliau yang sederhana dan komitmen terhadap 'clean government' dan 'good governance' itu, tentu akan tercoreng gara-gara sikap lembek terhadap koruptor ini. Padahal, PDIP dan para elitnya sangat bisa memberi contoh yang tegas, misalnya dengan mengganti kedua calon terpilih tersebut dengan yang lain sehingga rakyat akan semakin yakin terhadap komitmen anti korupsi.
Masa depan Republik ini akan menyedihkan jika DPR RI bukannya makin bersih, tapi malah disesaki oleh para wakil yang tersangkut tipikor. Dan kemungkinan tersebut menjadi makin besar jika mereka malah dibela oleh para politisi yang dulunya masuk ke DPR dengan tiket dan reputasi sebagai aktivis pro demokrasi... [ASHikam]
Penulis: Prof. Muhammad AS Hikam, Senin 22 September 2014 dalam Akun Facebook Pribadi.
Kompas.com
Ketua Badan Kehormatan DPR Trimedya Panjaitan.
|
Sangat menyedihkan bila politisi sekaliber TP yang konon dulu adalah aktivis pro-demokrasi dan pembela HAM yang berafiliasi dengan organisasi PIJAR tersebut kini mengalami metamorfose mental. Bukannya metamorfose menjadi panglima dalam pemberantasan korupsi atau minimum memberi apresiasi terhadap rekomendasi KPU yang sangat baik itu, tetapi metamorfose menuju terjadinya pelembekan dan pragmatisme. Bisa jadi TP akan mengatakan bahwa dirinya hanya melakukan tugas partai untuk membela sesama anggota. Tetapi bukan tidak mungkin pula bahwa TP sedang mengalami proses perubahan dari seorang aktivis menjadi sekadar politisi biasa saja. Bahkan, jika metamorfose ini terus berlangsung, TP juga akan berubah memperpanjang daftar politisi sontoloyo alias "poliyo" yang banyak berkeliaran di Senayan.
Penulis
Prof. Muhammad AS Hikam
|
Masa depan Republik ini akan menyedihkan jika DPR RI bukannya makin bersih, tapi malah disesaki oleh para wakil yang tersangkut tipikor. Dan kemungkinan tersebut menjadi makin besar jika mereka malah dibela oleh para politisi yang dulunya masuk ke DPR dengan tiket dan reputasi sebagai aktivis pro demokrasi... [ASHikam]
Penulis: Prof. Muhammad AS Hikam, Senin 22 September 2014 dalam Akun Facebook Pribadi.
loading...
No comments
Berkomentarlah Sesuai Topik. Jangan pasang link atau link tersembunyi di dalam komentar, karena akan kami hapus (pilih Name/URL bila ingin menuliskan URL / Link anda). Kami tidak betanggung jawab Isi komentar anda, oleh karena itu, berlakulah sopan.